Home

Welcome to

PROMED

Our Division

  • Fashion Magazine

    Photo By: John Doe
    Button
  • Our Value

    With our motto Right Medicine Cures The Patients, we are always committed to creating quality products, and always make it easier for public health services to get our medicines throughout Indonesia, as well as participate in improving public health services throughout Indonesia

    About Us

    Our Distribution Partners

    News & Articles

    By Promed 28 Oct, 2021
    Taukah anda Tanaman Ivy? Tanaman Ivy atau dengan nama latin Hedera Helix, merupakan salah satu varian Tanaman Hias merambat yang sering sekali kita jumpai dilingkungan kita, Tanaman hias ternyata memiliki banyak manfaat, salah satunnya adalah untuk meredakan batuk berdahak, Berbagai penelitian telah dipublikasikan untuk membuktikan bahwa ekstraknya memiliki efek terapi yang efektif dan dapat ditoleransi dengan baik pada anak-anak dan orang dewasa yang menderita penyakit pernapasan. Salah satu penelitian yang telah di publikasi di tahun 2020 oleh journal of Hindawi, Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, menyatakaan bahwa Ekstrak Hedera Helix memiliki efikasi yang sebanding dengan Acetylsistein dalam menurunkan gejala batuk berdahak dan sesak nafas pada pasien Bronchitis Kronik, pada penggunaanya selama 7 hari(1), serta dalam penelitian lainnya yang di terbitkan dalam Elsivier Journal 2006, menyatakan bahwa pemakaian sirup Hedera Helix pada 9657 pasien Bronchitis baik anak maupun dewasa, memiliki persentase kesembuhan 95% atas pengurangan gejala batuk berdahak dan sesak nafas. Sebagai salah satu solusi menjaga kesehatan di era pandemi, sediaan Sirup hedera Helix merupakan salah satu pilihan yang tepat untuk mengurangi gejala batuk berdahak dan sesak nafas , IVYSTAR dengan komposisi Hedera Helix 35 mg/5ml, solusi untuk meredakan batuk berdahak seluruh keluarga
    By Promed 12 Aug, 2020
    Tidak ada halangan bagi penderita GERD berpuasa. Jika GERD tidak terkontrol, terapi PPI efektif turunkan asam lambung. Gejala sakit maag atau dispepsia umumnya dihubungkan dengan telat makan. Seseorang yang punya kecenderungan sakit maag, seperti penderita GERD, akan mengalami sakit ketika terlambat makan. Ketika datang bulan Ramadhan, dan umat Islam diwajibkan berpuasa, penderita khawatir tidak bisa berpuasa. Takut maagnya kambuh. “Tidak ada halangan bagi penderita GERD untuk berpuasa. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan, banyak pasien GERD yang membaik dengan puasa.” Alasannya, karena dengan berpuasa jadwal makan, yakni saat sahur dan berbuka menjadi teratur. Selain itu, mereka yang berpuasa tentunya tidak bisa ngemil dan merokok di siang hari. Secara teori, pasien yang menderita GERD akan membaik saat berpuasa Ramadhan. Salah satu studi tentang manfaat ibadah puasa, terlihat bahwa pada kelompok yang berpuasa Ramadhan, memiliki perbedaan median nilai GERD-Q yang bermakna secara statistic, antara bulan Ramadhan dengan nilai median 0, dan di luar bulan Ramadhan dengan nilai median yang meningkat menjadi 4. Dari penelitian ini peneliti menyimpulkan, pada subjek yang menjalani puasa Ramadhan, keluhan GERD dirasakan lebih ringan dibandingkan di luar bulan Ramadhan. Meski demikian, jika penderita merasa nyeri hebat hingga muntah saat berpuasa, maka perlu melakukan pengobatan dan puasa sebaiknya dibatalkan. Dan, bagi penderita yang masih belum bisa mengendalikan asam lambung secara alami, sebaiknya mengonsumsi obat yang dapat mengendalikan asam lambung, yang digunakan setengah atau satu jam sebelum makan sahur atau sesudah makan sahur. Jika penderita menggunakan dosis 2 kali sehari, dosis kedua digunakan setelah berbuka. Sebaiknya 30 menit atau 1 jam setelah berbuka dan sebelum makan besar, atau setelah makan besar atau menjelang tidur. Para ahli berpendapat, kunci dalam mengendalikan GERD adalah menurunkan lama paparan terhadap refluks asam. Durasi paparan esophagus terhadap refluk asam dengan pH 4.0 atau kurang, berhubungan dengan cidera pada mukosa dan menurunkan kemampuan mukosa yang cidera untuk sembuh. Karenanya, mengendalikan GERD dan penyebuhan erosive GERD, bisa dicapai dengan meningkatkan pH gastik hingga 4 atau lebih selama mungkin.  Standar pilihan pengobatan untuk mengendalikan GERD adalah obat-obatan dari golongan PPI. PPI efektif menghilangkan gejala dan menyembuhkan lesi esofagus pada GERD. PPI terbukti lebih cepat menyembuhkan lesi esofagitis dan menghilangkan gejala GERD, dibanding golongan antagonis reseptor H2 dan prokinetik. Salah satu kelas obat dari golongan PPI adalah Esomeprazole. Banyak penelitian menunjukkan, esomperazole 40 mg sekali sehari lebih efektif menjaga pH intragastrik 4 atau lebih rendah dibandingkan PPI lain, yang diberikan dalam dosis standar. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa esomeprazole 40 mg sekali sehari, lebih baik dari PPI lain dalam mencapai pH intragastrik median yang lebih tinggi dalam 24 jam. Dan lebih banyak pasien yang mencapai pH intragastrik ≥4,0, setidaknya dalam 12 jam sehari.
    By Promed 12 Aug, 2020
    Radikal bebas merupakan sesuatu yang tidak asing didengar oleh manusia, namun sering kali radikal bebas masih disepelekan oleh sebagian orang yang tanpa kita sadari dampaknya dapat memicu berbagai macam penyakit yang ada didalam tubuh. Seperti kita tahu bahwa radikal bebas terdapat dimana saja, bahkan tubuh Anda sebenarnya menghasilkan radikal bebas. Zat ini berbahaya bagi tubuh dan bisa menyebabkan berbagai penyakit, seperti kanker dan lain sebagainya. Apakah Radikal bebas itu ? Radikal bebas adalah molekul yang mengandung elektron yang tidak berpasangan. Sehingga, molekul ini dapat menyumbang atau menerima elektron dari molekul lain. Hal ini membuat radikal bebas bersifat tidak stabil dan sangat reaktif. Radikal bebas mampu menyerang berbagai molekul dalam tubuh, seperti lipid, asam nukleat, dan protein sebagai target utama. Sehingga, dapat menyebabkan kerusakan sel, protein, dan DNA, serta gangguan keseimbangan dalam tubuh. Radikal bebas dapat diperoleh dari berbagai macam hal yang ada di sekitar kita seperti : asap rokok, terpapar sinar matahari, asap kendaraan bermotor, radiasi, polusi udara, bahan kimia industri, bahkan dapat diperoleh dari bahan-bahan makanan yang kita makan, seperti halnya makanan gorengan, atau bahan kimia makanan yang biasa terdapat pada makanan instant. Dampak radikal bebas yang sering kali kita lihat adalah terjadinya kerusakan pada Kulit, radikal bebas berdampak terjadinya penuaan dini, mengapa paparan radikal bebas dari sinar matahari dan lain sebagainya, dapat mudah merusak struktur jaringan kulit sehingga kulit akan lebih cepat keriput, selain itu dampak radikal bebas dapat memicu terproduksinya melanin dalam jumlah yang berlebih sehingga dapat memicu terjadinya flek-flek pada kulit. Radikal bebas pun dapat dicegah dengan menggunakan antioksidan, molekul antioksidan menambal molekul radikal yang kehilangan elektronya sehingga molekul menjadi stabil. Antioksidan dapat diperoleh dari berbagai macam sumber makanan seperti halnya Sayuran maupun buah-buahan, salah satu antioksidan yang memiliki aktivitas yang sangat kuat dalam menghambat radikal bebas adalah Astaxanthin, Astaxanthin dijuluki sebagai king of carotenoid, karena aktivitasnya yang sangat kuat dalam menangkal radikal bebas. Aktivitas Antioksidan dari Astaxanthin : 14 kali lebih kuat dibanding Vitamin E 18 kali lebih kuat dibanding Pycnogenol® 21 kali lebih kuat dari Astaxanthin sintetis. 54 kali lebih kuat dibanding Beta-karoten. 65 kali lebih kuat dibanding Vitamin C. Selain aktivitasnya yang sangat kuat ternyata astaxanthin sendiri memiliki efek yang sangat baik dalam memperbaiki struktur jaringan kulit, hal ini dibuktikan dalam studi yang telah dilakukan oleh Yamashita E (2006), dimana Astaxanthin bermanfaat dalam memperbaiki kerutan pada subjek, serta dapat meingkatkan elastisitas kulit.  Tentunya setiap orang ingin sekali terhindar dari terjadinya penuaan dini selain itu juga dari berbagai macam penyakit lainnya yang dipicu oleh radikal bebas, untuk itu salah satu senyawa yang tepat dikonsumsi adalah Astaxanthin yang terbukti klinis memiliki aktivitas yang sangat kuat dalam menangkal radikal bebas serta telah teruji klinis dalam memperbaiki struktur dan jaringan Kulit. Proaxtin memiliki komposisi Astaxantin 4 mg, Zinc 5 mg dan selenium 15 mcg . Informasi lebih lengkap: Proaxtin .
    By Promed 12 Aug, 2020
    Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskular saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Bahkan World Health Organization (WHO) telah memprediksikan bahwa dimasa yang akan datang 80% kematian akibat penyakit kardiovaskular akan terjadi di negara berkembang. Berdasarkan laporan World Health Statistic tahun 2008, tercatat 17,1 juta orang meninggal di dunia akibat penyakit kardiovaskular. WHO juga memprediksi pada tahun 2030 lebih dari 23,4 juta orang akan meninggal per-tahunnya akibat penyakit kardiovaskular. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Kementerian Kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa 31,9% kematian di Indonesia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular. Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan salah satu manifestasi klinis Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian. Sindrom ini bervariasi dari pola angina pektoris tidak stabil hingga terjadinya infark miokard yang luas (Lilly LS. Pathophysiology of Heart Disease: Acute Coronary Syndrome. 2011. P:162-75). Sindrome Koroner Akut dimulai ketika plak aterosklerosis di dalam arteri koroner terganggu dan merangsang agregasi platelet dan pembentukan trombus (Kristen J. Acute Coronary Syndrome. AJN. May 2009 Vol. 109, No. 5). Atheroslerosis atau plak adalah akumulasi endapan lemak, kolesterol dan subtansi lainnya di dalam lapisan pembuluh darah akibat adanya disfungsi endotel, sehingga plak menumpuk di satu titik dan menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan elastisitas dari endotel semakin rendah, hal ini merupakan faktor yang menyebabkan plak sewaktu-waktu dapat mengalami ruptur atau pecah. Ketika plak mengalami ruptur proses trombosis dapat terjadi dimana platelet atau disebut juga trombosit akan mengalami aktivasi sehingga membentuk bekuan darah atau trombus. Antiplatelet adalah obat yang dapat menghambat pembentukan trombus (bekuan darah) dengan cara mencegah penggumpalan trombosit. Clopidogrel merupakan obat antiplatelet golongan ADP antagonis yang bekerja secara selektif menghambat ikatan Adenosine Di-phospate (ADP) untuk berikatan dengan reseptor ADP di platelet. Karena ADP tidak berikatan dengan reseptornya, kompleks GPIIb/IIIa tidak teraktifasi maka ikatan benang-benang fibrin tidak terbentuk sehingga mencegah timbulnya agregasi platelet.  Publikasi hasil penelitian terhadap Clopidogrel untuk berbagai macam kasus yang berhubungan dengan kejadian aterotrombosis sudah tidak diragukan lagi. Salah satu penelitiannya dilakukan oleh CURE Study (Clopidogrel in Unstable Angina to Prevent Recurrent Events). CURE melakukan penelitian menggunaan Clopidogrel untuk kasus SKA, penelitian tersebut dilakukan di berbagai Rumah Sakit dari berbagai Negara. Dari hasil penelitian CURE menunjukkan bahwa Clopidogrel dapat menurunkan angka kematian pasien dan kejadian ulangan dari kejadian Sindrom Koroner Akut (SKA).
    Show More

    Follow Our Social Media

    @promed.id

    Share by: